Kamis, 19 Juni 2008

Ketika kita letih mengeluh akan hidup akan banyak masalah yang akan menghampiri, namun ketika kita melangkah dengan harapan terdapat banyak cara melampaui kesulitan tersebut.

Tuhan tidak pernah memberikan pilihan bagaimana kita tercipta di dunia, namun Tuhan memberi pilihan bagaimana cara kita menjalani hidup kita.

Perlakukan orang lain dengan baik sama seperti kita bersikap terhadap diri kita. Kelak apa yang kita tebar akan kembali menjadi benih yang tak kan habis dimakan waktu.



Segelintir cerita kehidupan anak manusia akan tertuang dicoretan ini.....


Periuk dan Pelangi


Mendung teratuk terang
Perlahan sirna dan menghilang
Membelah hening ronggaku
Tak membekas dan bernoda

Aroma lavendel merobek sembilu
Menghanyutkan lara pahit relungku
Memar dan membiru belum mengering
Wajah reyotku hina untuk ditampakkan

Berlari mencari jati diri
Akankah periuk berubah menjadi pelangi
Tinggalkan raga hancur membusuk
Dimakan belatung dan bernanah

Dulu aku bini aji disunggi tahta
Bergelimang emas dipangkuan
Kini aku hanya gombal diinjak dibuang
Mampukah topeng tutupi borok lamaku



Tukang sate

Lelah kaki tua rapuh berjalan
Menyusuri lorong jalanan yang hening
Lekuk keriput di dahi gelapnya
Memudarkan waktu ditelan keluh kesah

Dari jalan tak bertuan perlahan dijelajahi
Membakar aroma rintihan hidup
Tusuk demi tusuk dagangannya mulai habis
Membayar keringat tangis bocah dirumah

Berharap pasti yang datang
Bosan terhina di bawah tungkak induk semang
Istri berdagang diri dipelukan sinyo hidung putih
Kapankah fajar sinari harinya


:) Apakah anda tertarik mengulas lebih dalam atau ingin puisi lain silahkan hubungi saya...

Tidak ada komentar: